Sabtu, 03 Desember 2016

Punya Anak Gemuk Memang Lucu, Tapi Ketahui Juga Risiko Bahayanya

Diabetes melitus atau kencing manis tak hanya diderita pasien berusia lanjut. Anak-anak dan remaja juga berisiko mengidap diabetes, apalagi jika mereka bertubuh gemuk.

Pakar mengingatkan risiko diabetes pada anak lebih besar jika anak memiliki badan yang gemuk atau kelebihan berat badan. Oleh karena itu, orang tua diminta berhati-hati jika berat badan anak sudah di atas normal meskipun anak terlihat lucu.

"Sekarang anak-anak banyak yang disetting gemuk. Misalnya anak umur 3-5 tahun gemuk itu orang tua senang, karena akan terlihat lucu. Padahal bahaya diabetes mengancam bagi anak, bisa diabetes tipe 2 atau pun 1,"
Dari dua tipe diabetes, anak-anak memang lebih rentan didiagnosis diabetes tipe 1 karena sifatnya penyakit genetik. Faktor risiko diabetes tipe ini terdapat pada gen orang tua yang kemungkinan bisa diturunkan ke anak.

Diabetes tipe 1 yang umumnya disebabkan oleh kelainan autoimun yang menyerang pankreas sehingga produksi insulin terganggu. Berbeda dengan faktor risiko diabetes tipe 2 yang selain disebabkan oleh genetik, juga dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat.
Aanggapan salah terkait anak gemuk itu sehat perlu diluruskan. Sebenarnya penyakit diabetes ini bisa diturunkan ke anak, orang tua harus sadar dan menjaga pola hidup si kecil jika tubuhnya gemuk.

"Kalau sudah ada faktor risiko diabetes genetik lebih baik jangan dipicu diabetes pada anak. Memang pada awal diabetes tidak menunjukkan gejala apapun, tapi beberapa tahun ke depan tetap berisiko diabetes,"


Gejala Anemia


Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil, volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal.

Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi di dalam makanan.

Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin b yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah. Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tingggi.

Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya sendiri. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan tablet folat. untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit, pengobatannya masih bersifat kontroversial, kadang perlu dilakukan transfusi darah.

 

Jumat, 02 Mei 2014

Proposal





HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MELALUI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN KESADARAN REMAJA  PUTRI UNTUK MELAKUKAN PERIKSA PAYUDARA  SENDIRI (SADARI) 
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa mulai dengan periode pubertas, hormone seksual mempengaruhi tubuh, hal ini sesuai dengan mulainya proses pematangan alat-alat seksual. Khususnya hormone estrogen dan progesterone besar pengaruhnya atas perkembangan payudara, yang mempengaruhi ciri khas pada perempuan, oleh karena itu dapat dimengerti bila ada kelainan pada payudara sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, akan besar sekali pengaruhnya terhadap psikologi perempuan (Hawari, 2011)
Salah satu kelainan yang terjadi pada payudara adalah kanker payudara. Reaksi perempuan terhadap kanker mencakup ketakutan akan perubahan bentuk tubuh, ketakutan akan kehilangan daya tarik seksual, dan ketakutan akan kematian. Ketakutan ini menyebabkan perempuan menunda untuk melakukan evaluasi terhadap masalah payudara. Menyadari implikasi tersebut, semua tenaga perawat kesehatan harus mendorong perempuan untuk memeriksa payudaranya sendiri dan mengajarkan untuk mengenali perubahan dini yang dapat menunjukkan adanya masalah pada payudara (Smeltzer, 2010)