Selasa, 31 Mei 2011

Gejala Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil, volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal.

Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi di dalam makanan.

Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin b yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah. Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tingggi.

Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya sendiri. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan tablet folat. untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit, pengobatannya masih bersifat kontroversial, kadang perlu dilakukan transfusi darah.


 

Senin, 30 Mei 2011

EKSTRAKSI VAKUM


PENGERTIAN

 
Ekstraksi vakum merupakam tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

Kumpulan Askep

bagi yang mau contoh askep bisa di unduh dari situs di bawah sini
http://www.4shared.com/file/4wE4m2eA/Kumpulan_askep_Part_1.html
http://www.4shared.com/file/4JSec5Nh/Kumpulan_Askep_Part_II.html
http://www.4shared.com/file/qa0C1-DK/Kumpulan_Askep_Part_III.html

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRADIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRA

DIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU



 

DINAS KESEHATAN PROPINSI BENGKULU

AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU

Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu

Tahun Ajaran 2011

KATA PENGANTAR


 

Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita telah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat makalah seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.

Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yang dapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.


 


 


 

Hormat kami


 


 

penyusun


 


 


 


 

Kata pengantar      ii

Daftar isi      iii

BAB I PENDAHULUAN     1

  1. Latar Belakang     1
  2. Tujuan     2
  • tujuan umum     2
  • tujuan khusus     2
  1. Metode penulisan     3
  2. Sistematika penulisan    3

BAB II TINJAUAN TEORITIS    3

2.1 Konsep Dasar    4

2.1.1 Pengertian    5

2.1.2 Etiologi    5

2.1.3 Manifestasi klinis    6

2.1.4 Patofisiologis    7

2.1.5 Klasifikasi    8

2.1.6 Proses penyembuhan tulang    9

2.1.7 Pemeriksaan penunjang    10

2.1.8 penatalaksanaan    11

2.1.9 Komplikasi    12

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan    13

2.2.1 Pengkajian    13

2.2.2 Analisa data    14

2.2.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan    14

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian    18

3.1.1 Identitas klien    18

3.1.2 Keluhan utama    19

3.1.3Riwayat kesehatan    19

3.1.4 Data psikologis    19

3.1.5 Data sosial    20

3.1.6 Data spiritual    20

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari    20

3.1.8 Pemeriksaan fisik    21

3.1.9 Pengobatan    23

3.2 Analisa data    24

3.2 Diagnosa    25

3.3 Intervensi    25

3.4 Implementasi    28

3.5 Evaluasi    31

BAB IV PENUTUP    

DAFTAR PUSTAKA     

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah "kesemrawutan" arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Sinistra, Penulis mampu :

a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

.b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

1.3 METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :


 


 


 

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan dengan teori yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta Solusi.

BAB V : PENUTUP

Yang meliputi Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA


 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  1. konsep dasar

2.1.1 PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)

Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab fraktur diantaranya :

a. Trauma

1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.

2)
Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

b. Fraktur Patologis

Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

(Corwin, 2001 : 298)

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri lokal

b. Pembengkakan

c. Eritema

d. Peningkatan suhu

e. Pergerakan abnormal

Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)


 

2.1.4 PATOFISILOGIS


 


 

2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS

a) Fraktur komplet

Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.

b) Fraktur tidak komplet

Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c) Fraktur tertutup

Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

d) Fraktur terbuka

Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

1) Grade I     :Luka bersih, panjang <>

2) Grade II     :Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat.

e) Jenis khusus fraktur

1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok.

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

4)
Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358)

2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.


 


 

b. Stadium Proliferasi

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.

c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

d. Stadium Konsolidasi

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

e. Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

(Rasjad, 1998 : 399 – 401)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c.
Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

e.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

(Doenges, 2000 : 762)


 


 

2.1.8 Penatalaksanaan

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a. Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)

  1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1`pengkajian

  1. identitas klien

    meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab dan hubungan dengan klien.

  2. Keluhan utama

    Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini

  3. Riwayat kesehatan
  • Riwayat kesehatan sekarang

    Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan kecelakaan, patah tulang

  • Riwayat kesehatan dahulu

    Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya

  • Riwayat kesehatan keluarga

    Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur seperti klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.

  1. Aktivitas istirahat

    Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan imobilitas

  2. Sirkulasi

    Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)

    Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat bagian yang terkena.

  3. Neurosensori

    Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan.

  4. Kenyamanan

    Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.

  5. Keamanan

    Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal

2.2.2 Analisa data

  1. Data subjektif
  • Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri
  • Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri)
  • Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri
  1. Data objktif
  • Gangguan mobilitas
  • Edema pada esktremitas yang fraktur
  • Adanya deformitas
  • Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur
  • Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan


     


     

2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi

  1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ; 2363)


     

    Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan


     

    Kriteria Hasil :

  • Klien mengatakan nyeri berkurang
  • Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

  1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi.
  2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena
  3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm gips.
  4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-10)
  5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.
  6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri
  7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring
  8. Kolaborasi
    - Beri obat sesuai indikasi
    - Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan


 

Rasional

  1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera
  2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema, menurunkan nyeri
  3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering
  4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri.
  5. Membantu menghilangkan astetas
  6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri
  7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot
  8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme otot
    Menurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi nyeri.


 

  1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
    Intervensi :
    1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera
    2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
    3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tersakit
      d.
    4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic
    5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas)
    6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 – 3000 mliter / hr termasuk air asam, jus.


 

Rasional :

  1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual
  2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tunas otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur / afroji
  3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot
  4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul
  5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri langsung
  6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.

  1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbuka
    Intervensi :
    1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan, perubahan warna
    2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
    3. Ubah posisi dengan sering
    4. Traksi tulang dan perawatan kulit.

      Rasional :

    5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema
    6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit
    7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal
    8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.


       

  2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan
    Intervensi :
    1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas
    2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri
    3. Berikan perawatan pen / kawat steril
    4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang tidak enak
    5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara
    6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local
    7. Berikan obat sesuai indikasi


       

    Rasional

    1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan abrasi
    2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local
    3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
    4. Menghindari infeksi
    5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus
    6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.
      ( Doenges, 2000 )

    )

(Doenges. 2000. 761 – 774).


 


 


 


 


 

BAB III

LAPORAN KASUS

Tangggal masuk         : 28 Desember 2010

Tanggal pengkajian         : 29 Desember 2010

No reg                 : 497541

Ruang                 : Seruni

Diagnoda medik     : CLOSE FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas klien

    Nama        :Ny.N

    Umur        :66 Tahun

    Agama        :islam

    Jenis kelamin    :perempuan

    Pekerjaan    :IRT

    Alamat        :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu

     Penanggung Jawab    :

    Nama        :Ny.S

    Umur        :50 Tahun

    Jenis kelamin    :perempuan

Hub.dgn klien    :keponakan

3.1.2 Keluhan Utama

    Klien mengeluh nyeri


 

3.1.3Riwayat kesehatan

  • Riwayat kesehatan sekarang

    Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda motor.

    Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.

  • Riwayat kesehatan dahulu

    Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

  • Riwayat kesehatan keluarga

    Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya.

3.1.4 Data psikologis

    Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat sembuh.

3.1.5 Data sosial

    Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang lain selalu menunggu nya.

3.1.6 Data spiritual

    Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh.

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari

No. 

Kebiasaan 

dirumah 

Dirumah sakit 

1.


 


 


 


 


 


 


 

2.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

3.


 


 


 

4.


 


 


 

5. 

Nutrisi

a.Makanan

  • frekuensi
  • jenis makanan

b.Minuman

  • frekuensi

-jenis minuman


 

Eliminasi

a.BAB

  • frekuensi
  • konsistensi
  • warna

b.BAK

  • frekuensi
  • warna
  • bau
  • jumlah


 

Istirahat tidur

  • lama tidur
  • gangguan tidur


 

Personal hygiene

  • mandi
  • gosok gigi


 

Aktivitas 


 


 

3x sehari

Nasi,lauk pauk,sayur


 

6-7 gelas /hari

Air putih


 


 


 

1x/hari

Lembek

Kuning


 

4-5x/hari

Jernih kekuningan

Khas

+ 1300 cc/hari


 


 

6-7 jam/hari

Tidak ada


 


 

2x/hari

2x/hari


 

Klien bisa melakukan aktivitas

Secara mandiri 


 


 

3x sehari

Nasi, lauk-pauk, sayur


 

6-7 gelas/hari

Air putih


 


 


 

1x/hari

Lembek

Kuning


 

Terpasang kateter

Jernih kekuningan

Khas

+1300cc/hari


 


 

6-7 jam/hari

Tidak ada


 


 

Dilap 1x/hari

1x/hari


 

Klien selalu dibantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas 


 

3.1.8 Pemeriksaan fisik

  • keadaan umum        :lemah
  • kesadaran        : compos mentis
  • Tanda-tanda vital    : TD : 150/90 mmHg    P : 18x/Menit

        N : 81x/Menit        S : 36,5'c

1.Kepala

  • inspeksi    :simetris,distribusi rambut merata
  • palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

  • inspeksi    :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik
  • palpasi    :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

  • inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung
  • palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

  • inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran
  • Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

  • inspeksi    :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis
  • Palpasi    :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

  • inspeksi    :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis
  • Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

  • inspeksi    :simetris,pergerakan dinding dada baik
  • palpasi    :tidak ada nyeri tekan
  • auskultasi    :bunyi nafas vesikuler
  • perkusi    :bunyi rensonan


     

8.Abdomen

  • inspeksi    :simetris,tidak ada bekas operasi
  • auskultasi    :bunyi bising usus (+)
  • perkusi    :bunyi timpani
  • palpasi    :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

  • atas        :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik
  • bawah    :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

  • inspeksi    :simetris,terpasang kateter
  • palpasi    :tidak ada nyeri tekan


 

3.1.9 THERAPY

1.cairan RL 20 tts/menit

2.citicholine 3x1 (IV)

3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st)

5.pronalges supp

6dexamethason 2x1 amp (IV)

7.rannitidin 2x1 amp (IV)


 


 


 


 


 


 


 


 


 

3.2 ANALISA DATA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No 

Data Senjang 

Interprestasi Data 

Masalah 

1 

DS :

  • Klien mengatakan nyeri pada betis sebelah kiri kerena patah

DO :

  • KLien tampak lemah
  • Skala nyeri 4
  • Tampak edema pada bagian fraktur
  • Nyeri bertambah jika pada bagian yang fraktur di gerakkan

Fraktur



 

Diskontinuitas tulang


 


 

Pergeseran fragmen tulang


 


 

Nyeri 

Gangguan rasa nyaman nyeri 

2 

DS :

  • Keluarga klien mengatakan aktivitas klien selalu dibantu oleh keluarga

DO :

  • Klien tampak selalu di bantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
  • Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra

Fraktur


 

Diskontinuitas tulang


 


 

Perubahan jaringan sekitar


 


 

Pergeseran fragmen tulang


 


 

Depormitas


 

Gangguan fungsi


 

Gangguan mobilitas fisik 

Gangguan mobilitas fisik


 


 

3.2 DIAGNOSA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No 

Diagnoasa Keparawatan 

Tanggal Dtemukan 

Paraf 

Tanggal teratasi 

Paraf 

1 

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang / fraktur 

29-12-2010

   

2 

Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan

29-12-2010

   


 

3.3 INTERVENSI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No 

Tujuan dan kriteria hasil 

Intervensi Keperawatan 

Rasional 

Paraf 

1 

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat berkurang / atau teratasi dengan criteria hasil :

  • Klien tidak mengeluh nyeri
  • Skala nyeri0
  • Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips / pembidaian


 


 

  • Tinggikan dan dukung eksremitas yang terkena


 


 

  • Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri
  • Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama sesuai keperluan


 


 

  • Kolaborasi pemberian obat analgetik
  • Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau jaringan yang cedera
  • Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menuunkan nyeri
  • Mempengaruhi pilihan / pengawasan kefektifan intervensi
  • Menurunkan edema / pembentukan hematum, menurunkan sensasi nyeri
  • Untuk menurunkan nyeri atau spasme otot
 

2 

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil :

  • Klien melakukan aktivitas secara mandiri
  • Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera


 


 


 


 


 

  • Beriakn papan kaki, bebat pergelangan


 


 


 

  • Berikan / bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi
  • Awasi TD dengan melakukan aktivitas


 


 


 


 

  • Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi
  • Berguna untuk mempertahankan posisi fungsional eksremitas tangan / kaki, mencegah kontraktur
  • Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring, meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ


     

  • Hipertensi pertural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus
 

3.4 IMPLEMENTASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No 

Tanggal / jam 

Implementasi 

Respon hasil 

Paraf 

1 

22-12-2010


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

30-12-2010 

  • -mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk


 

  • -meninggikan dan mendukung ekstrimitas yang terkena


 

  • -mengevaluasi keluhan nyeri lokasi,karakteristik dan intensitasnya


 

  • -mengukur TD pasien


 

  • Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu:keterolac


 

  • membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
  • Mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk
  • Meninggikan dan mendukung eksremitas yang terkena
  • Mengevaluasi keluhan nyeri
  • Mengukur TD pasien
  • Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak
  • membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
  • Mempertahankan mobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk
  • Meninggikan dan medukung eksremitas yang terkena
  • Mengevaluasi keluhan nyeri
  • Mengukur TD pasien
  • Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak
  • membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
  • Nyeri berkurang


 


 


 


 

  • Nyeri berkurang tapi masih edema


 


 

  • Neri p[ada eksremitas bawah sebelah kiri (tibia-fibula) Nyeri nyilu skala 4


 

  • TD : 150/90 mmHg


 

  • Ketrolak 2x1 amp IV


 


 


 


 

  • Membantu menyembuhkan dan menormalisakan fungsikan organ


 


 

  • Nyeri berkurang


 


 


 

  • Nyeri berkurang tapi masih edema


     

  • Skala nyeri 4


 

  • TD : 130/90
  • Ketrolak 2x1 amp IV


 


 


 

  • Membantu penyembuhan dan normalisai fungsi organ


 


 


 

  • Nyeri berkurang


 


 


 

  • Nyeri berkurang tapi masih edema


     

  • Skala nyeri 3


 

  • TD : 130/90
  • Ketrolak 2x1 amp IV


 


 


 

  • Membantu penyebuhan dan normalisasi fungsi organ
 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

3.5 EVALUASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

Hr/tgl/jam 

No. 

Evaluasi Keperawatan  

paraf 

Jum'at,

31,des 2010 

1. 

S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang


 

O : skala nyeri:3

klien masih tampak lemah


 

A : Masalah teratasi sebagian


 

P : Lanjutkan intervensi

 

Jum'at

31,des 2010 

2. 

S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga


 

O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas


 

A : Masalah belum teratasi


 

P : Lanjutkan intervensi

 


 

BAB IV

PENUTUP

  1. kesimpulan

    Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.

    1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga penulis mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medic pasien.
    2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan pengkajian yaitu :
      1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang / fraktur
      2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
    3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan ruangan perawatan pasien
    4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan semua yangada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada
    5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum teratasi.
  2. Saran
    1. Bagi pasien dan keluarga

      Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.


       

    2. Bagi lahan peraktek

      Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup panjang dan sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklah mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan pasien fraktur tibia.